(02 May 2025 | 07:37)

Refleksi Pendidikan Berbasis Akhlak dan Kepemimpinan di Hari Pendidikan Nasional

Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap 2 Mei bukan sekadar seremoni tahunan. Tetapi menjadi refleksi untuk meninjau kembali arah dan nilai-nilai dalam dunia pendidikan Indonesia. Dalam konteks ini, Yayasan Al Hikmah Surabaya dan seluruh unit pendidikannya menjadikan Hardiknas sebagai momentum untuk meneguhkan kembali komitmen terhadap pendidikan yang berbasis nilai-nilai yang diimplementasikan dalam akhlak dan kepemimpinan (leadership by wisdom).

Tantangan Generasi Emas

Jika kita melihat fenomena yang terjadi pada masyarakat saat ini seperti fenomena meningkatnya pelajar melakukan penyimpangan perilaku, kurangnya  kemandirian, ketangguhan, tanggung jawab, kepedulian dan semangat belajar, maka kita sangat perlu mempelajari tantangan-tantangan pendidikan kini dan masa depan untuk mempersiapkan para pelajar agar mereka menjadi generasi pemimpin pada saatnya nanti.

Tantangan Pendidikan kini dan masa depan yang dimaksud, diantaranya: menurunnya komitmen keluarga dan sekolah pada Pendidikan akhlak, menurunnya nilai-nilai kebaikan di Masyarakat, serta  perkembangan teknologi informasi, IOT, AI, dll.

Menurut ustadzah Endah, selaku Kepala Departemen Perencanaan Strategis Kurikulum dan Diklat YLPI Al Hikmah Surabaya, beliau menegaskan yang diperlukan bagi generasi saat ini adalah bagaimana sekolah/lembaga pendidikan memiliki kurikulum pendidikan yang dapat menjawab dan menyelesaikan keresahan yang ada dengan menguatkan nilai-nilai akhlak dan fungsi kepemimpinan sekolah.

Fungsi Pendidikan, Mengajarkan Akhlak Pada Anak

“Proses dalam membangun kompetensi sikap itu, yang dibutuhkankan adalah lingkungan yang mendukung dan sosok teladan. Sehingga siapapun harus bisa menjadi teladan dan di manapun harus bisa menjadi lingkungan yang baik untuk anak bertumbuh”, ujar Ustadzah Endah.

Dalam pendidikan, proses pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk membentuk siswa yang unggul secara akademik, namun juga berintegritas dalam moral dan spiritual. Hal ini selaras dengan filosofi pendidikan Islam, “Tujuan pendidikan adalah membentuk insan kamil”, manusia seutuhnya yang cerdas, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab terhadap Tuhannya, sesamanya, dan lingkungannya.

Dalam kurikulum pendidikan Al Hikmah, proses pembelajaran dilakukan oleh guru. Dan semua yang berinteraksi dengan anak di lingkungan sekolah, rumah dan Masyarakat adalah guru. Di sekolah guru-guru yang mengajarkan akhlak baik adalah guru mata pelajaran, guru Al Quran, guru ekstrakulikuler, para pemimpin sekolah, petugas kebersihan sekolah, penjaga sekolah dan yang lainnya. Di masyarakat sekitar guru yang menunjang dalam proses pendidikan anak, seperti tetangga, Lembaga kerja sama sekolah  dan pengurus masjid.

Al Hikmah mempunyai 3 elemen penting yang selalu diterapkan, yakni segitiga emas. Elemen ini terdiri dari guru, siswa dan orang tua. Peran ketiga elemen ini sangat penting dalam pendidikan. Ketiganya harus bisa berkolaborasi untuk kesuksesan pembelajaran anak.

Di sekolah anak belajar bersama guru, di rumah orangtua menfasilitasi, mendampingi, meneladani  anak agar tercapai apa yang dicita-citakan. Al Hikmah juga memberikan penguatan pembelajaran bagi orang tua dengan “Modul Kurikulum Rumah: Panduan Orangtua dalam Mendidik Ananda di Rumah”. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga peran orang tua sebagai madrasah dan teladan pendidikan pertama bagi anak.

Akhlak menjadi titik mula dan titik akhir dari pendidikan. Maka, Pendidikan harus melahirkan calon pemimpin yang baik akhlaknya dan bermanfaat bagi Masyarakat dengan ilmunya.

Kepemimpinan Dimulai dari Diri Sendiri

Kepemimpinan dalam perspektif Al Hikmah bukan soal jabatan, tapi tanggung jawab. Sejak dini, anak-anak perlu diajarkan untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Kemampuan mengelola orang dan segala sumber daya dengan akhlak dan kompetensi yang baik adalah tujuan utamanya.

Pendekatan “Leadership by Wisdom dengan Islamic Value” adalah salah satu hal yang perlu diterapkan saat ini. Hal ini berpijak pada konsep Qiyadah Ruhiyah (kepemimpinan spiritual), yaitu model kepemimpinan yang bertumpu pada relasi dengan Allah SWT dan misi sebagai khalifah di bumi. Maka, seorang pemimpin bukan hanya manajer, tetapi teladan dan penggerak nilai. Pemimpin harus menjadi pribadi yang bijaksanaan, serta memiliki pemikiran dan pertimbangan yang baik dan benar untuk mencapai tujuan dengan hasil yang optimal dan berkelanjutan.

Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang memanusiakan manusia, dan itu tidak akan terwujud tanpa nilai. Dalam peringatan Hardiknas tahun ini, refleksi nilai akhlak dan kepemimpinan menjadi bagian dari aktualisasi nilai-nilai tersebut.

Menjawab Tantangan Zaman dengan Pendidikan Bernilai

Di tengah krisis moral global dan era digital yang serba cepat, tantangan terbesar pendidikan adalah hilangnya adab (lost of adab). Kita menyaksikan bahwa krisis kepemimpinan yang terjadi di berbagai level berakar pada rapuhnya fondasi akhlak. Oleh karena itu, model pendidikan yang dikembangkan oleh Al Hikmah menjadi relevan, mendidik bukan hanya untuk pikiran, tetapi juga akhlak mulia.

Pendidikan di Al Hikmah berbasis self learning melalui sistem e-learning. Hal ini berguna untuk mendukung kemampuan belajar anak secara mandiri dan menyenangkan. Selain itu, menjadi penyeimbang dari kemudahan akses sumber belajar yang terbuka karena digitalisasi. Guru berperan mendampingi siswa dalam memperoleh sumber ilmu, yang kemudian mengajak mereka untuk menganalisis dan mengevaluasi hasil yang diperoleh mereka melalui akses ke banyak sumber belajar. Hal ini menjawab tantangan moral dan tantangan kebutuhan kompetensi yang menjadi fokus utama bagi generasi abad 21.

Peringatan Hardiknas mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah fondasi peradaban. Melalui penguatan akhlak dan kepemimpinan, serta peningkatan kebutuhan kompetensi belajar, pendidikan dapat membentuk manusia yang tidak hanya cerdas, tapi juga bijak. Dan di situlah pendidikan menemukan maknanya yang paling sejati.

 

Topik Berita
Pendidikan