(25 Nov 2025 | 07:35)

Sekolah, Minimarket, dan AI (Sebuah Refleksi di Hari Guru 2025)

Oleh Ahmad Fais, S.Si. M.Pd. (Kepala SMA IIBS Al Hikmah Batu)

Baru-baru ini dalam sebuah forum diskusi pendidikan yang bertajuk Reimagining ASEAN Education yang dihadiri oleh ratusan ahli dan pemerhati pendidikan se-Asean muncul sebuah diskusi menarik. Salah satu pembicara melontarkan sebuah pertanyaan apakah guru bisa digantikan oleh AI. Separuh peserta menyatakan setuju bahwa guru bisa digantikan oleh AI. Separuhnya tidak setuju guru bisa digantikan oleh AI. Sampai disini kira-kira pembaca setuju dengan yang mana?

Forum menjadi lebih hidup ketika pembicara tersebut mengelaborasi pertanyaannya menjadi guru yang bagaimana yang bisa digantikan oleh AI dan guru yang bagaimana yang tidak bisa digantikan oleh AI. Nah,  pertanyaan tersebut mungkin lebih solutif dan lebih menghasilkan sebuah paradigma tentang bagaimana seharusnya guru meng-upgrade kompetensi dan keterampilannya dalam mengelola pembelajaran sehingga kehadiran dan keberadaannya tidak bisa tergantikan begitu saja oleh kemajuan teknologi.

Ya, keberadaan teknologi AI telah mengubah banyak hal dalam dunia pendidikan. Mulai dari menemukan jawaban singkat atas soal-soal yang diujikan di sekolah sampai pembuatan karya ilmiah yang terstruktur dan sistematis. Dari pembuatan soal-soal berbasis masalah sampai menjadi korektor terhadap hasil jawaban peserta didik. Dari membantu guru dalam membuat dan menyusun administrasi pembelajaran sampai menggantikan guru mengajar di depan kelas.

Namun yang kita bahas dalam tulisan ini bukan AI sebagai Artificial Intelligence tapi AI yang lain. AI yang kita bahas di sini merupakan faktor penentu apakah seorang guru benar-benar bisa disebut sebagai guru atau hanya sekedar sebuah profesi tanpa arti.

Saya akan memulai dari sebuah fenomena di sebuah minimarket yang banyak kita jumpai di sekitar kita. Minimarket menjadi salah satu layanan tempat perbelanjaan kebutuhan sehari-hari yang banyak diminati oleh mamsyarakat. Kira-kira apa penyebabnya? Ya, faktor paling utama selain harga dan banyaknya promo adalah penampilan pegawai minimarket tersebut yang selalu tampil cekatan, energik, bersih, rapi, ramah dan bersahabat.

Saya mencoba mengupas fakta tentang pegawai minimarket yang selalu tampil fresh, energik, cekatan, bersih, rapi, ramah dan bersahabat. Mari kita merenung dan mencoba menganalogikan sekolah dengan minimarket sebagai sektor yang sama-sama bergerak di bidang jasa dengan guru sebagai pegawai yang melayani kosumennya (siswa dan wali murid). Tidak sama persis memang tapi ada irisan-irisan yang bisa disejajarkan.

Kalau pegawai minimarket bisa selalu tampil fresh, cekatan, energik, bersih, rapi, ramah, dan bersahabat sebagai bagian dari SOP yang mampu menjadikan pelanggan tertarik dan betah untuk selalu datang dan rela berlama-lama di minimarket tersebut maka seyogyanya guru juga harus bisa tampil selalu fresh, cekatan, energik, bersih, rapi, ramah dan bersahat dalam melayani proses pembelajaran di sekolah.

Pertanyaannya adalah apakah guru yang selalu tampil fresh, cekatan, energik, bersih, rapi, ramah dan bersahabat mudah kita temukan di lingkungan sekolah Mungkin jawaban kita bisa berbeda-beda.  Namun,  sepertinya kita punya kesimpulan yang sama bahwa mayoritas lembaga pendidikan belum mampu menciptakan sikap guru yang ideal sebagaimana yang ditunjukkan oleh para pegawai minimaket dalam melayani pelangganya.

Kebanyakan guru masih tampil apa adanya dan bahkan tidak menarik yang menjadikan lembaga pendidikan terkesan kaku dan tidak menyenangkan. Pada akhirnya para siswa cenderung tidak betah dan tidak mau berlama-lama di lingkungan sekolah.

Fakta berikutnya adalah manajemen pengaturan barang di minimarket yang tersusun dengan rapi, terstruktur serta komunikatif (mudah ditemukan dengan label harga yang sesuai). Sistem ini menjadikan para pembeli bisa dengan mandiri memilih dan menemukan kebutuhannya dengan mudah dan cepat. Jika ada pembeli yang belum menemukan barang yang dicari maka dengan cepat dan cekatan sang pegawai langsung bisa menunjukkan dan mengantarkan si pembeli ke titik lokasi barang yang dicarinya.

Jika fakta ini kita analogikan dengan sekolah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, maka sistem display kompetensi yang termanajemen dengan baik serta terkomunikasi dengan baik pula ke semua siswa dan orang tua akan menjadikan siswa dan orangtua dengan mudah menemukan dan memilih kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan. Hal ini akan melahirkan siswa-siswa yang mandiri dan mampu menemukan kebutuhannya sendiri.

Sistem ini lebih kita kenal dengan dengan Self Directed Learning (SDL). Manajemen sekolah seperti ini akan menjadikan guru sebagai fasilitator dalam menumbuhkan dan mengembangkan komptensi siswa dan bukan menjadi sumber satu-satunya dalam mendapatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan.

 

AI (Adab dan Ilmu)

Dua fakta analogi di atas memunculkan sebuah kesimpulan bahwa guru yang tidak akan pernah bisa tergantikan oleh kemajuan teknologi adalah guru yang mempunyai AI (Adab dan Ilmu). Ya…faktor pertama dan utama tentunya adalah adab. Adab dalam mengajarkan ilmu dengan penampilan yang selalu fresh, cekatan, energik, bersih, rapi, ramah dan bersahat.

Adab ini pula yang dicontohkan oleh Malaikat Jibril ketika datang menemui Rasulullah Muhammad saw untuk mengajarkan apa itu islam, iman dan ihsan. Dalam permulaan hadits tersebut digambarkan sosok malaikat Jibril yang datang dengan menyerupai seorang laki-laki yang memakai pakaian yang sangat putih (bersih), dan rambutnya amat hitam (pertanda kondisi rambut yang tertata dengan sangat bersih dan rapi) serta tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan (artinya kondisi wajah dan badan yang fresh, segar, dan ramah). Begitulah seharusnya adab seorang pendidik ketika akan menemui siswa-siswanya.

Faktor kedua tentunya adalah ilmu yang mumpuni. Disebut sebagai guru karena ia memiliki kelebihan dan kematangan serta kedalaman ilmu pengetahuan. Kematangan dan kedalaman ilmu pengetahuan sebagaimana mata pelajaran yang diampu akan memancarkan kewibawaan yang menjadikan setiap siswa merasa tenang dan terpenuhi rasa keingintahuannya.

Kematangan dan kedalaman ilmu ini menjadikan guru bisa diterima dan bisa menginspirasi para siswa dalam mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya. Untuk itu seorang guru harus memiliki sikap pembelajar, senantiasa memperdalam dan memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi.

Selamat menjadi guru yang memiliki AI yaitu Adab dan Ilmu.